Friday, March 16, 2012

Bersepeda malam-malam

Hore!
Akhirnya setelah sekian lama punya 'cita-cita' main sepeda malam hari, tadi baru bisa kesampaian. Alhamdulillah. Terimakasih Allah, Engkau selalu memanjakanku.


Seru. Seseru yang saya bayangkan. Kenapa seru?

Meskipun awalnya saya dibilang berisik oleh teman seperjalanan saya, Insek. Saya tetap pantang menyerah. Siapa yang mulutnya bisa diam sewaktu mengendarai sepeda tanpa spion dan lampu jalan sering diklakson-klakson secara beruntun tanpa perasaan. Banyak motor dan mobil yang dengan kecepatan extra luar biasa tiba-tiba nyalip dengan sangat mepetnya, sampai-sampai bau cat body mobil dan motornya mungkin bisa saja tercium oleh saya saking dekatnya. Menyedihkan. Saya sendiri merasa diri saya menyedihkan waktu itu.

"Mentang-mentang mobil! Mentang-mentang motor!" Saya menggerutu.

Jadi tersadar sewaktu saya di pihak si pengendara motor. Ketawa cengengesan kalau sudah sukses menyalip siapapun juga di jalanan. Tak pandang siapa, apa kendaraannya, membahayakan orang lain atau tidak, mengambil hak jalan orang lain atau tidak? Don't care.
Memang benar, baik apabila kita melihat sesuatu dari dua sisi, jangan dari salah satu sisinya saja. Agar kita dapat lebih bijak dalam mengambil kesimpulan.

Setelah masa adaptasi itu berjalan dengan alakadarnya dan sesingkat-singkatnya, akhirnya saya menemukan sisi asyiknya sekarang.
Yap! karena dengan naik sepeda saya boleh cuek dengan marka jalan, lampu merah, helm, dan peraturan lalu lintas lainnya seperti jalan searah yang dengan santainya saya lewati dan tidak ada satupun orang bahkan polisi yang menegur.
It's freedom, Dude!
Puas rasanya.PUASSSS!! *rintihan korban TILANG berkali-kali*

Tapi sebenarnya yang menjadi point terpenting adalah di lain sisi,  memang ada kenyamanan yang berlipat di tengah mengayuh sepeda yang terus melaju dengan tenang seraya melihat ke langit yang meski jarang bintang namun temaram damainya sangat nyata. Udara malam yang dingin mampu mengikis lelah.
Tiap berpapasan dengan pesepeda lainnya, baik itu tua atau muda, laki-laki atau perempuan, pelajar atau tukang becak, semua diberi waktu sesaat untuk saling sapa atas keterbatasan kecepatan dari sepeda. Yah, itu yang tidak dimiliki oleh pengendara motor atau mobil. Dengan kecepatan supernya semua jadi acuh, bak di sirkuit balap saja. Elo-elo gue-gue.  Sama sekali bukan rasa kebersamaan yang tercipta di jalan raya yang saya dapaati selama ini, namun egoisme yang meradang.

Tidak ada senyum dari sesama pengendara seperti senyum pesepeda yang saya lihat di sepanjang rute perjalanan saya tadi.
Tidak ada kerja sama yang tulus antara mahasiswa dan tukang becak sewaktu mencari celah untuk menyeberang di tengah-tengah lampu merah. :p
Tidak ada rasa sama dan kebersamaan yang sangat nyata seperti tadi.


Bersepeda malam-malam. Kapan lagi? :B


Friday, March 9, 2012

Titik Akhir(.)

sumber: internet


Tak sekali
Dulu pernah ada keadaan seperti ini
Rintikan gerimis mengiringi langkah berpuluh pasang kaki membawa seorang yang telah tak lagi memberontak sewaktu mereka mengantarnya pergi ke perjalanan panjangnya sendirian.
Pada gusarnya,  ia tak tahu pasti seperti apa kelak perlakuan alam terhadapnya
Takutpun menguasai pada waktu itu
Untuk diri sendiri pun sekitar yang terbiasa menggantungkan keseharian kepada diarinya

Saat tak lagi ada yang bisa disalahkan
Saat tak lagi ada tawar-menawar
Saat akumulasi kesadaran bertumpu pada satu waktu

Namun maaf tak lagi ada harga
Pun tangis tak ada makna

Hanya hambar dan tanda tanya yang berkuasa.


Sunday, March 4, 2012

Konser PSM dan ceritanya


Malam ini baru saja konser tahunan paduan suara UGM di gelar. Pukul 19:00 WIB di TBY. Pengunjungnya lumayan banyak. Lagu yang dinyanyikanpun kurang lebih ada sebelas. Seperti yang diucapkan MC tiap kali satu lagu selesai dinyanyikan, ‘Luar biasa’. Ya,  sebenarnya mereka bagus-bagus tapi karena kebetulan aliran musik saya agak nge-rock, alhasil di sana saya nonton dengan setengah mata. Selain itu juga jam tampilnya tepat pada waktu kebiasaan orang-orang dinner, memaksa saya dan teman-teman menyaksikan pertunjukan dengan perut nan perih tiada tara. Och!

Selesai pertunjukan saya dan teman saya menuju ke kamar kecil.  Disaat ngantre ada seorang penyanyi yang tiba-tiba bilang,
“ mbak, maaf  bapak saya duluan ya soalnya nggak bisa nahan kencing”.
Baru sepersekian detik si mbak selesai bicara tampak dibelakangnya seorang bapak tua yang tertatih menuruni tangga. Tebakan awam saya kira-kira si bapak terkena stroke ringan. Sesaat terbayang-bayang wajah papa yang sudah banyak memberi meskipun selalu tidak beliau dapatkan dari saya suatu balasan yang membanggakan. Beda dengan bapak tadi, dibalik langkah  yang tidak lagi sempurna nampak dari raut wajahnya mengesankan kebanggaan  atas putrinya yang kian jelita terpajang di panggung gemerlap dan ditonton banyak orang. 

***

Papa, apa kabar disana?
Pasti selalu akan kau jawab baik-baik saja meskipun kau sangat sadar sedang dalam keadaan yang sangat kacau.

Sehat-sehat kan pa?
Pasti selalu saja kau jawab tanyaku tadi dengan lantang mengucap kata sehat meskipun di tengah lelah yang amat sangat. Kaki, tangan, pundak, dan matamu sangat lelah terkadang sakit. Namun kau tetap saja tersenyum tegar bak tentara muda  nasionalnya Indonesia. 

Papa bangga nggak sama aku?
Jawabmu berulang kali tetap sama. Kau berucap sangat bangga bahkan disaat anakmu ini tak lagi melakukan apa-apa.

Maaf anakmu ini banyak menuntut.
Banyak minta yang tidak-tidak.
Banyak tidak serius dan Banyak mengeluh..

Saturday, March 3, 2012

Andai hidup di FTV

Andai hidup sesimple cerita FTV...

Putus sama pacar?
Kabur ke desa. entah rumah siapa yang ditumpang tapi yakinlah pasti ada yang mau kasih inepan.
Diusir?
Jalan di pinggir-pinggir zebra cross yakinlah nanti ada yang tiba-tiba sapa sok kenal menawarkan rumahnya plus bonus tumpangan sampai di tempat.
Lomba?
Pati menang. Meskipun ada sedikit banyak kecurangan yang silakukan lawan, pasti pemeran utama hampir selalu menang.
Oh so wow.
Dan hiduppun menjadi sangat mudah dan indah.


Andai hidup sekebetulan cerita di FTV...


Papa bangkrut atau ditinggal meninggal kedua orangtua  langsung cari kerjaan dan hari pertama kerja lari-lari ke halte bus karena kesiangan. Tiba-tiba ketubruk  mobil BMW atau mobil gojreng-gojreng lainnya. Kemudian perdebatanpun terjadi, diselesaikan dengan dibuatnya sebuah kontrak 'ganti rugi' sehingga hubunganpun terus terjalin. Dan sebegitu ajaibnya FTV sampai kebetulan selalu berpihak pada pemeran utama, sesampainya di kantor orang yang tadi menabraknya adalah bosnya di kantor. Dan seterusnya dan seterusnya..
Dan hiduppun menjadi sangat mudah dan indah.


Andai hidup seberuntung cerita di FTV..

Dari kisah hidup si gadis ojek, gadis penjual pisang, gadis penarik bajaj sampai gadis kernet yang ketimpa rejeki luar biasa dengan dihadapkan sesosok pangeran rupawan dan juga blink-blink tiba-tiba ketemu karena tabrakan di jalan, kenal di angkutan kota, di pasar dan di toko-toko terdekat atau malah sama majikannya sendiri. Dan, bak dongeng Cinderella..
TADAAAA...
Hidup spontan berubah. Mendadak kaya. Mendadak Terkenal. Mendadak hidup bahagia selama-lamanya.
Serba mendadak yang enak-enak.


Dan pastinya hiduppun menjadi sangat mudah dan indah.